Jumat, 06 September 2013

ASAL-USUL KALIWIRO



            Kaliwiro adalah salah satu kecamatan di bagian selatan dari kabupaten Wonosobo. Kaliwiro memiliki luas 100,08 km2. Di mana secara geografis Kaliwiro terletak ditengah  sebuah lembah pada ketinggian 250 meter – 300 meter dpl. Diapit gunung Lawang di selatan dan bukit Dempes di sebelah utara. Dengan titik koordinat S7°27.510? lintang selatan dan E109°51.380? bujur timur.
          Dalam kurun waktu lima tahun sejak 1825 hingga 1830. Pasukan KRT Kertowaseso beserta santri-santri kyai Alwi banyak memperoleh kemenangan dalam perang gerilya. Sehingga laskar-laskar kyai Alwi ini begitu disegani dan ditakuti tentara Belanda. Karena begitu terkenal kehebatan dan keberanian semangat  juang laskar santri rakyat di daerah ini dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, maka daerah ini kemudian terkenal dengan para perwira-perwira angkatan perangnya. Sehingga lambat laun daerah ini banyak disebut orang dengan sebutan daerah yang ditempati kyai Alwi dan para santri-santrinya yang sangat perwira. Asal kata Kaliwiro sendiri tersusun dari kata,  “Kali dan Wiro.” Kali berasal dari kalimat nama Kyai Alwi atau Ali atau Ngalwi. Sedangkan Wiro berasal dari suku kata bahasa Jawa “Prawiro”. Yang berarti Perwiro atau Perwira.

Sehingga bila digabungkan menjadi kalimat “Ngaliwiro. Karena kebiasaan orang Jawa yang sering menamakan suatu tempat dengan sebutan “kali” ( contoh : Kalibenda, Kalimantan, Kalibawang, Kalikajar, Kaliputih dll ). Maka orang Jawa pun lambat laun terbiasa menyebut Ngaliwiro berubah menjadi Kaliwiro. Mengenai kisah perjuangan kyai Alwi atau Ali atau Ngalwi tidak ada literature yang mengisahkan atau meriwayatkan kehidupan beliau secara jelas.  Itu semua mungkin karena beliau hanyalah seorang pendukung dan penasihat spritual Ki Ageng Selomanik yang berperan dari balik layar dalam memimpin laskar santri melawan penjajah Belanda.
Nama dan peran beliau tenggelam dalam nama besar Ki Ageng Selomanik. Sampai akhir hayat Kyai Ngalwi, tidak pernah ada sejarah yang menulis kehidupan beliau dan kapan beliau wafat. Satu-satunya jejak beliau hanya ada keterangan turun-temurun yang menerangkan bahwa beliau wafat dan di makamkan di Kaliwiro. Makam beliau yang bersebelahan dengan istri beliau berada di sebelah selatan ruas jalan yang menghubungkan kecamatan Kaliwiro dan kecamatan Kalibawang di sebuah bukit kecil yang sudah di bongkar  dan di ratakan pada sekitar tahun 1966 untuk dijadikan komplek perkantoran ( sekarang BRI Unit Kaliwiro ). Selanjutnya makam beliau dipindahkan ke komplek TPU Manisjangan di selatan SDN 1 Kaliwiro sampai sekarang.

2 komentar:

  1. Terimakasih atas informasinya
    Saya mempunyai tugas sekolah
    Jadi bisa selesai deh
    Terimakasih

    BalasHapus
  2. Informasi yang sangat membantu

    BalasHapus