Kaliwiro adalah salah satu kecamatan
di bagian selatan dari kabupaten Wonosobo. Kaliwiro memiliki luas 100,08 km2.
Di mana secara geografis Kaliwiro terletak ditengah sebuah lembah pada
ketinggian 250 meter – 300 meter dpl. Diapit gunung Lawang di selatan dan bukit
Dempes di sebelah utara. Dengan titik koordinat S7°27.510? lintang selatan dan
E109°51.380? bujur timur.
Dalam kurun
waktu lima tahun sejak 1825 hingga 1830. Pasukan KRT Kertowaseso beserta
santri-santri kyai Alwi banyak memperoleh kemenangan dalam perang gerilya.
Sehingga laskar-laskar kyai Alwi ini begitu disegani dan ditakuti tentara
Belanda. Karena begitu terkenal kehebatan dan keberanian semangat juang
laskar santri rakyat di daerah ini dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda,
maka daerah ini kemudian terkenal dengan para perwira-perwira angkatan
perangnya. Sehingga lambat laun daerah ini banyak disebut orang dengan sebutan
daerah yang ditempati kyai Alwi dan para santri-santrinya yang sangat perwira. Asal
kata Kaliwiro sendiri tersusun dari kata, “Kali dan
Wiro.” Kali berasal dari kalimat nama Kyai Alwi atau Ali atau Ngalwi.
Sedangkan Wiro berasal dari suku kata bahasa Jawa “Prawiro”. Yang
berarti Perwiro atau Perwira.
Sehingga
bila digabungkan menjadi kalimat “Ngaliwiro. Karena kebiasaan orang
Jawa yang sering menamakan suatu tempat dengan sebutan “kali” (
contoh : Kalibenda, Kalimantan, Kalibawang, Kalikajar, Kaliputih dll ).
Maka orang Jawa pun lambat laun terbiasa menyebut Ngaliwiro berubah menjadi
Kaliwiro. Mengenai kisah perjuangan kyai Alwi atau Ali atau Ngalwi tidak ada
literature yang mengisahkan atau meriwayatkan kehidupan beliau secara jelas. Itu semua mungkin karena beliau hanyalah
seorang pendukung dan penasihat spritual Ki Ageng Selomanik yang berperan dari
balik layar dalam memimpin laskar santri melawan penjajah Belanda.
Nama dan peran beliau tenggelam dalam nama besar
Ki Ageng Selomanik. Sampai akhir hayat Kyai Ngalwi, tidak pernah ada sejarah
yang menulis kehidupan beliau dan kapan beliau wafat. Satu-satunya jejak beliau
hanya ada keterangan turun-temurun yang menerangkan bahwa beliau wafat dan di
makamkan di Kaliwiro. Makam beliau yang bersebelahan dengan istri beliau berada
di sebelah selatan ruas jalan yang menghubungkan kecamatan Kaliwiro dan
kecamatan Kalibawang di sebuah bukit kecil yang sudah di bongkar dan di
ratakan pada sekitar tahun 1966 untuk dijadikan komplek perkantoran (
sekarang BRI Unit Kaliwiro ). Selanjutnya makam beliau dipindahkan ke komplek
TPU Manisjangan di selatan SDN 1 Kaliwiro sampai sekarang.
Terimakasih atas informasinya
BalasHapusSaya mempunyai tugas sekolah
Jadi bisa selesai deh
Terimakasih
Informasi yang sangat membantu
BalasHapus