Nama SAWUNGGALIH memang
belum banyak tertulis di buku sejarah nasional, karena masih termasuk ribuan
ceritera rakyat (daerah) samapi dengan sekarang. Terutama untuk masyarakat
Kutoarjo-Purworejo nama Sawunggalih sudah terkenal di khalayak ramai dan sudah
kondang di daerah itu yang terkenal sakti mandraguna sebagai seorang pahlawan
yang pilih tanding, karena sampai dengan meninggalnya belum ada yang dapat
mengalahkannya.
Menurut ceritera dari almarhum Bapak
Sastromendjayo, mantan Kepala Desa Semawung- daleman yang dianggap orang yang
paling tua dan merupakan narasumber di
daerah tersebut, nama Sawunggalih mulai terkenal namanya pada waktu pecahnya
peperangan antara Pangeran MANGKUBUMI dan Pangeran PUGER yang dibantu oleh bala
tentara Belanda.
A.
KISAH KYAI JINEM
Sawunggalih
bukan lahir dari darah biru atau bangsawan melainkan keturunan rakyat biasa,
mulai dari kecil dididik oleh eyangnya yang bernama Kyai Jinem. Kyai Jinem
adalah abdi dalem Adipati Rama Kenjeng Raden Tumenggung Joyokusumo yang
sekarang peninggalan sejarahnya ada di kota Gombong. Semasa hidupnya Adipati
Rama KRT Joyokusumo menjadi adipati di daerah Begelen yang sangat terkenal.
Pada suatu hari Pangeran Joyokusumo pergi dari keraton menuju ke arah barat
dengan ditemani abdinya bernama kyai Jinem. Sesampainya di Masjid Semawung
merasa lelah dan istirahat di situ. Karena sudah larut malam Pangeran
Joyokusumo dan Kyai Jinem akan tidur, tetapi tidak mau tidur di dalam masjid
melainkan tidur di bawah pohon dengan masji tersebut.
Pada waktu Kyai
Jinem mendapat ilham yang diterimanya bahwa di daerah itu dikemudian hari akan
menjadi Negara yang subur makmur murah sandang dan pangan.
Selain itu juga
Pangeran Joyokusumo juga bermimpi kalau hidungnya terasa kemasukan hewan kecil
yang berujud jengkerik yang terus menerus bersembunyi. Sementara waktu
jengkerik itu meloncat dari hidung ke
tanah jengkerik tersebut dilempar dengan keris pusakanya dan jengkerik hilang
bersama pusakanya dan tidak tahu kemana rimbanya. Pada waktu itu Kyai Jinem
tidak jadi mengantar pulang Pangeran Joyokusumo dengan alas an kesehatannya
terganggu. Pada saat akan pulang Pangeran Joyokusumo tidak menceriterakan ilham
lewat mimpi yang baru saja diterimanya kepada abdinya dan akhirnya beliau
diantar oleh beberapa abdinya yang lain. Sebelum pulang Pangeran Joyokusumo
berpesan kepada Kyai Jinem agar menggali harta yang terpendam pada tanah bekas
tempat tidur Pangeran Joyokusumo dan Kyai Jinem dan harta tersebut dapat untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
B.
JAKA GUTHUL
Sepeninggal
Pangeran Joyokusumo, Kyai Jinem menetap dan membuka lahan baru, sebagai petani
dan juga memperluas daerah Semawung. Dalam membuka lahan pertanian Kyai Jinem
dibantu oleh Juru kunci Masjid Semawung dan tak lama kemudian timbullah rasa
simpatik tertarik kepada putra-putrinya Ki Juru kunci yang bernama Dyah Rara
Murdinah. Ki Juru kunci beserta istrinya merasakan hal tersebut dan
dinikahkanlah Kyai Jinem dengan putrinya. Selang beberapa lama Kyai Jinem dalam
membangun rumah tangga dikaruniai putra yang diberi nama JAKA WUKU. Setelah
dewasa Jaka Wuku juga beristrikan keluarga dari eyangnya Ki Juru kunci dan
mempunyai putra diberi nama JAKA GUTHUL. Jaka Wuku hanya berusia pendek,
sehingga Jaka Guthul lalu ikut dan dididik oleh eyangnya yaitu Kyai Jinem.
Pada
waktu itu Kyai Jinem ingat akan pesan Pangeran Joyokusumo kalau untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari supaya menggali tanah di sekitar masjid dimana
pada waktu itu tempat hilangnya keris pusaka dan jengkerik.
Setelah
digali bersama cucunya Jaka Guthul, maka di dalam tanah tersebut ditemukan
harta karun yang banyak berupa emas. Kyai Jinem di daerahnya terkenal sebagai
seorang yang suka bertapa, tirakat dan nepi. Pada suatu malam dalam tidurnya ia
mendapat ilham lewat mimpinya agar supaya pergi ke arah barat. Dan pergilah
Kyai Jinem beserta cucunya Jaka Guthul dengan berpura-pura menjadi pedagang
tembaga. Sesampainya di daerah Penatus Kebumen, hari sudah larut malam,
sehingga terpaksa menginap di rumah penduduk setempat, tetapi tidak mau tidur
di dalam rumah namun di emperan depan kandang kuda. Tiba-tiba pada waktu tengah
malam Kyai Jinem dikejutkan dengan suara aneh seakan-akan suara orang menangis
serasa menyayat hati. Setelah dicari-cari sumber suara tadi berada di tengah
tumpukan kayu untuk kayu bakar penerang kandang, segera kayunya diambil Kyai
Jinem dan dibelah di dalamnya ditemukan sebuah keris pusaka yang sakti. Hal
itulah yang membuat Kyai Jinem senang
Esok
harinya ia pulang ke Semawung dan anehnya sesampainya di halaman rumah
tiba-tiba ada angin rebut (lesus), sindung riwut, celeret tahun yang sangat
mengerikan, apa saja tersapu oleh angin tersebut termasuk cucunya Jaka Guthul. Setelah
itu Kyai Jinem merasa sedih dan akhirnya mencari daerah yang sepi untuk bertapa.
Dalam tapanya tersebut ia mendapat ilham lagi supaya pergi ke selatan.
C.
PUSAKA
BOGONDHALI
Konon Kyai Jinem
pergi ke arah selatan berjalan menyusuri Pantai Laut Selatan dan akhirnya
sampai di daerah Rawagung yang sekarang daerah tersebyt dinamakan Bonorowo. Di
daerah itulah Kyai Jinem mencari ikan (mengail) untuk menghilangkan kesedihan
hatinya karena ditinggal oleh Jaka Guthul yang tidak tentu arah raibnya
tersebut. Sesudah dapat ikan banyak Kyai Jinem tersebut mencari rumah untuk
bermalam, karena pada waktu itu hari telah larut malam, dan pada waktu itu ia
berada di Kelurahan Dudu Kulon.
Diantara hasil
ikannya itu, ada salah satu yang sangat besar, dan diberikan kepada Bu Lurah
supaya dimasak untuk makan malam. Karena terlalu besarnya ikan itu, Bu lurah
takut untuk membersihkan kotorannya dan Kyai Jinem sendiri yang membersihkan
ikan tersebut. Setelah ikan dibersihkan dari kepala sampai ekornya, ikan
dibelah menjadi dua bagian maka ditemukan sebilah keris pusaka. Pagi harinya
Kyai Jinem pulang ke rumah dan pada waktu akan masuk ke rumah tersebut,
terjadilah peristiwa yang mengagetkan lagi, yaitu datanglah angin lesus secara
tak terduga dari sebelah atas muncul Jaka Guthul kembali pulang dan berada di
depan Kyai Jinem berdiri.
Jaka Guthul
bercerita bahwa pada waktu itu ia dibawa oleh angin lesus sampai di kerajaan
Nyai Loro Kidul, dan menerima nasehat yang berhubungan dengan jalan hidup
dikelak kemudian hari. Jaka Guthul juga diberi pusaka yang bernama Bogondhali,
yang disimpan di telapak tangan. Hal inilah yang menjadi Jaka Guthul sakti
mandraguna.
D.
PRAJURIT
MANGKUNEGARAN
Pada waktu itu
terjadilah peperangan antara Pangeran Mangkubumi melawan Pangeran Puger yang
dibantu oleh tentara Belanda. Prajurit Mangkunegaran iru berada di pihak
Pangeran Mangkubumi, tetapi peperangan itu makin lama makin terpojok dan
terdesaklah pihak prajurit Pangeran Mangkubumi. Melihat keadaan yang gawat Jaka
Guthul berniat untuk masuk sebagai prajurit Mangkubumi. Setelah mohon restu
kepada Eyangnya, Kyai Jinem, maka Jaka Guthul pergi menghadap ke tempat P.
Mangkubumi berada untuk menyampaikan niatnya menjadi prajurit Mangkunegaran.
Walaupun agak keberatan menerima Jaka Guthul tersebut, tetapi akhirnya diterima
asal bisa mengalahkan tentara Belanda kaki tangan Pangeran Puger.
Peperangan seru
terjadi di daerah Kedu, Jenar, Ungaran, samapi di prapatan Ketawang di utara
Sungai Lereng. Dikarenakan kesaktian Jaka Guthul, banyak sekali tentara Belanda
yang tewas dan kocar-kacir. Melihat makin lama pihaknya makin tersedak, maka
tentara Belanda minta bantuan kepada Bupati Arumbinang Kebumen yang berpihak
pada Pangeran Puger. Maksud untuk mohon bala bantuan Bupati Arumbinang tersebut
gagal, dikarenakan istri Bupati tersebut sudah tahu kesaktian Jaka Guthul. Oleh
karenanya Bupati dan istrinya lebih baik menyingkir ke daerah Bulupitu.
Seterusnya Jaka Guthul berkobar semangat perangnya sehingga tentara Balanda
terpojok sampai ke Jawa Timur.
Melihat keadaan
yang membahayakan itu, pihak Belanda lalu menggunakan cara politik, yaitu
mengadakan genjatan senjata dan mohon agar diadakan perundingan, tetapi
Pangeran Mangkubumi tidak menyetujui karena merasa dirugikan.
Hal ini di dalam
sejarah nasional merupakan penyebab pecahnya Kerajaan Mataram menjadi dua yaitu
: Surakarta Hadiningrat dibawah Pangeran Puger dan Ngayogjakarta Hadiningrat di
bawah Pangeran Mangkubumi dan menjadi Sultan dengan gelar Sri Sultan
Hamengkubuwono I.
E.
SAWUNGGALIH
PAHLAWAN RAKYAT
Karena
jasanya dalam peperangan dan berhasil mengalahkan bala tentara Belanda, maka
Sri Sultan Hamengkubuwono I menganugerahi Jaka Guthul sebagai seorang
tumenggung dengan sebutan Tumenggung Kartawiyogo dan dinikahkan dengan adik Sri
Sultan sendiri yang kemudian dianugerahi seorang anak yang bernama Raden Mas
Umar Said. Peperangan telah selesai tetapi tidak terduga timbullah
pemberontakan yang dipimpin oleh Tumenggung Sawunggalih yang berasal dari
daerah Kadipaten Kaleng, Karanganyar, Kebumen yang merasa tidak puas dengan
pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Untuk menumpas pemberontakan tersebut
lalu Sri Sultan Hamengkubuwono I memerintahkan kepada Tumenggung Kartawiyogo
(Jaka Guthul) untuk memadamkannya.
Setelah pemberontakan dapat dikalahkan, maka itu
diberi tambahan gelar lagi menjadi : Tumenggung Kartawiyogo Sawunggalih. Nama
Sawunggalih itulah sekarang menjadi inti cerita ini dan diberi tanah Semawung,
dan di hari tuanya Tumenggung Kartawiyogo Sawunggalih tersebut menjadi seorang
Ulama/Pepundhen dan sudah tidak memikirkan duniawi. Daerah Semawung tersebut
diberikan kepada putranya RM. Umar Said, dan bergelar Tumenggung Sawunggalih
Notonegoro. Adapun makam Tumenggung Kartawiyogo Sawunggalih Pahlawan rakyat
asal Semawung Kutoarjo tersebut bisa kita lihat makamnya di belakang Masjid
Semawung Daleman Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Karena merupakan
peninggalan sejarah tidak ada jeleknya kalau tempat tersebut kita keramatkan
dan juga perlu kita jaga kelestariannya
lha nek makam Jaka guthul ada di semawung daleman terus yang ada dimakam semawung kembaran makamnya siapa???
BalasHapusYa mungkin makamnya KEMBARAN JAKA GUTHUL wkwkwk
HapusIni sumber dari mana?
HapusPangeran Mangkubumi kok dari Mangkunegaran dsbnya
ini sumbernya darimana??
BalasHapusSaya tahu cerita sejarah mengenai itu. Akan tetapi mohon maaf sebelumnya, itu semua buat apa ? Lhawong penerus generasi atau trah kerabatnya sekarang juga kocar-kacir, dalam artian tidak bersatu (BALUNGe PODHO PISAH). Yang KELUARGA KAYA dengan KELUARGA KAYA. Sedangkan yang MISKIN tidak dianggap ada ��������������
BalasHapusmasalah paseduluran podho pisah kocar kacir sudah ditulis dalam jongko joyoboyo tentang jongko tumibone maneh mlebu ing jaman edan yang secara berkala terus menerus selalu terulang kembali dalam jangka waktu tertentu, kekancan dadi khianat lan ora dianggep maneh, wong wadon podho lacur. joyoboyo menurut catatan lahir pada tahun 1157. saya kelahiran tahun 1967. jongko saya : wongkamso ongkojoyo dengan joyoboyo ketemu angka : 810. saat ini kalender google tertulis 08.10.2024. jamane Tuhan Yesus Kristus akan datang kembali ke dunia mengatasi carut marut urusan dunia, terutama masalah ekonomi dan bisnis berbasis riba dalam islam hukumnya adalah haram. sebagian besar penduduk negeri ini sudah sejak lama makan dari uang hasil riba tetap cuweq dan tidak pernah peduli apalagi memikirkan. "buat apa capek capek mikir, cuma bikin pusing" kata mereka semua pada umumnya dan sudah jadi budaya bangsa. notes: bagaimana saya membuat slogan : "pasti pas pasti puas" yang dijadikan slogan pertamina untuk jualan bahan bakar. "mencoba mempelajari ilmu berhitung menentukan umur atau putaran waktu mingguan jongkone joyoboyo, dengan roso pangroso merasakan rasane howo tiap hari rasanya berbeda beda, tahun ini ada selisih maju lebih awal 2 hari sudah terasa hari raya idul fitri padahal untuk menjalankan puasa masih tersisa 2 hari lagi.
HapusPangeran Mangkubumi kok dari Mangkunegaran...
BalasHapusDi data Belanda dan data lokal gak ada nama Sawunggalih adanya "Sawunggaling" Pengikut Pangeran Mangkubumi yang nantinya menjadi Raja Kasultanan ngayogyakarta hadiningrat bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I.. Dan sawunggaling kaping II menjadi menantu Hamengkubuwana II.. Yang menikahkan putrinya yang bernama BRAy Notonegoro dengan Sawunggaling II.. Kelaka sawunggaling II juga menggantikan gelar KRA Notonegoro
BalasHapushttps://sejatininghidup02.blogspot.com/2020/06/sejarah-kutoarjo.html?m=1
BalasHapusApakah keturunan RM. Djoko Umar Said salah satunya BRM Wirotirto? Nama2 diatas kok ada di buku silsilah keluarga saya?
BalasHapusNgawur nemen gawe tulisan kang
BalasHapus..Kyai Jinem itu
Adipati Djumantoko 3 bin Djumantoko 2 (makam kuwurejo) bin Djumantoko 1 bukit satria Kaliwatu Bumi