Rabu, 24 Juli 2013

MASJID DESA PEKUNCEN, KEBUMEN DIBANGUN TAHUN 1722 DENGAN SAKA TUNGGAL






Kebumen, Di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor terdapat sebuah masjid yang dipercaya merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Kebumen. Masjid ini didirikan pada tahun 1722 oleh Bupati Kendurean, putra Adipati Mangkuprojo, seorang Wrongko Dalem Keraton Kartosuro. Karena saka guru masjid hanya satu, masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Saka Tunggal. Sejarah Masjid Saka Tunggal tak bisa dilepaskan dari sosok Adipati Mangkuprojo. Pada era 1700, Adipati Mangkuprojo merupakan tokoh yang gigih melawan penjajah. Karena terdesak dia melarikan diri dan memilih bergerilya di daerah Pekuncen. Maklum daerah itu merupakan daerah Keputihan. Selain bergerilya, Adipati Mangkuprojo juga giat syiar Islam. Kisah yang disampaikan oleh KH Abujamhari, sesepuh Desa Pekuncen, pada tahun 1719 Adipati Mangkuprojo wafat. Sebelum meninggal, dia berwasiat pada putranya untuk dimakamkan di Pekuncen. Memeringati 1.000 hari meninggalnya Adipati didirikanlah masjid tersebut.

Konon, kerangka masjid disusun di Keraton Kartosuro, kemudian baru dibawa ke Pekuncen dengan berjalan kaki. Kerangka masjid terdiri dari satu batang saka dan empat buah danyang atau skur. Kerangka tersebut dibawa dari Keraton Kartosuro menuju Pekuncen dengan berjalan kaki. Ya, masjid ini memiliki keunikan tersendiri. Umumnya masjid biasanya ditopang oleh empat saka sebagai penyangga utama bangunan. Namun sesuai namanya maka masjid ini hanya ditopang oleh satu saka saja. Saka tunggal sebagai penopang utama bangunan ini berbentuk segi empat dengan ukuran 30 x 30 cm. Saka setinggi sekitar emapat meter tingginya. Di ujung atas soko tersebut terdapat empat batang kayu melintang sebagai penyangga utama bangunan masjid tersebut.
Di tengah-tengah saka terdapat empat skur untuk membantu menyangga kayu-kayu yang ada di atasnya. Kayu yang digunakan sebagai soko tersebut merupakan kayu jati pilihan. Kecuali saka tunggal dan skur tersebut, banguan lain di masjid tersebut telah direnovasi. Pada awal pendirian, atap masjid dibuat menggunakan ijuk dan dindingnya menggunakan tabak bambu. Kurang lebih seabad kemudian yakni tahun 1822 dilaksanakan rehab bangunan atap yang semula ijuk diganti dengan atap genteng. Tetapi dindingnya masih menggunakan tabak bambu. Baru pada tahun 1922, dinding bambu diganti dengan bangunan tembok batu bata.
Bangunan masjid tersebut  saat ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi. Saka tunggal mengandung filosofi yang dalam. Menurut imam Masjid Saka Tunggal, M Jafar yang tidak lain adik kandung Abujamhari, saka tunggal melambangkan keesaan Allah SWT sebagai sang pencipta tunggal alam semesta. Makna tunggal tersebut diejawantahkan dengan memaknai masjid soko tunggal tersebut sebagai tempat untuk meyakini bahwa Allah itu Tunggal atau Esa. Sedangkan dalam kaitannya dengan sejarah perjuangan, masjid itu juga sebagai simbol satu tekad untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Di lokasi masjid tersebut juga terdapat situs sejarah yang lain, yaitu makam keluarga Adipati Mangkuprojo berjarak kurang lebih 300 m arah utara masjid. Makam tersebut pada tahun 1985 direnovasi oleh keluarga Sumitro Djoyohadikusumo (begawan ekonomi Indonesia). Tidak mengherankan jika setiap bulan ruwah dalam penanggalan Islam, keluarga Sumitro Djoyohadikusumo pasti datang berziarah ke makam ini. Ketua Takmir Masjid Saka Tunggal Pekuncen, M Muklis SPd menambahkan, sejak pertama kali didirikan, setidaknya sudah 10 kyai yang menjadi imam di masjid tersebut. Yaitu Kyai Maja, Kyai Langgeng Dipura, Kyai Madanom, Kyai Abdul Hamid, Kyai Moh Salim, Kyai Moh Ngasem, Kyai M Jafat, Kyai Moh Saeri, Kyai H Abu Jamhari dan sampai saat ini imam Masjid Saka Tunggal dipegang oleh M Jafar.

2 komentar:

  1. Informasinya bermanfaat nih dan bagus juga buat nambah pengetahuan. Terimakasih banyak

    BalasHapus