Prasasti Kayu Ara Hiwang
ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan
kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya
pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam
petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini
dalam perjalanan pulang dari Bali
ke Pakuan. Pada
masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen
(dibaca /ba·gə·lɛn/).
Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.
Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia-Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar