Makam ini
terletak di desa Somongari kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Pada
jaman dulu, kurang lebih sejaman dengan Majapahit, daerah yang sekarang kita
sebut Desa Somongari merupakan daerah hutan belantara yang sama sekali tidak
seorang manusiapun berani menempatinya. Kita ibaratkan dengan bahasa Jawa :
Sato mara sato mati, janma mara janma mati, Dewa mara keplayu. Yang artinya,
“segala binatang bila mendekat mati, semua manusia bila mendekat juga akan
mati, pergi dari daerah itu”. Hal ini disebabkan karena tempat itu banyak
didiami makluk halus yang konon amat membahayakan. Sehingga tak ada orang atau
seekor binatangpun yang berani memasuki daerah tersebut.
Konon kabarnya pada jaman Majapahit,
terjadi suatu peperangan antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Pajajaran
yang terkenal dengan nama perang Bubat. Pada saat itu, diantara prajurit
kerajaan Majapahit ada yang berjalan melalui daerah yang sekarang dinamakan
Desa somongari. Barisan prajurit tersebut dipimpin oleh Adipati Singanegara,
Pangeran Lokajaya dan seorang lagi Pangeran Purwokusumo. Rombongan tersebut
beristirahat di daerah itu sampai beberapa saat lamanya. Karena dirasa enak
beristirahat di tempat tersebut, maka Adipati Singanagara dan para prajurit
diperintahkan untuk terus bermukim di situ. Dan pula diperintahkan untuk
menebang hutan-hutan sedikit demi sedikit untuk tempat tinggal.
Di depan diceriterakan bahwa tempat
tersebut adalah suatu tempat dimana di daerah tersebut adalah daerah yang
gawat, karena makluk-makluk halus yang berkuasa di situ sangat buas. Ternyata diantara prajurit yang
menebang kayu banyak yang mati atau hilang karena perbuatan makluk-makluk
halus. Setelah diketahui oleh Adipati Singanegara beberapa kali tentang
kejadian tersebut, maka bersemedilah Adipati Singanegara. Beliau bersemedi
dalam bulan Sura sampai dengan bulan Sapar. Di dalam semedi itu, Adipati
Singanegara diganggu oleh para makluk halus terutama oleh rajanya yang menurut
keterangan amatlah sakti. Namun demikian raja makluk halus tersebut dapat
ditaklukkan. Karena kekalahan yang diderita raja makluk halus itu, maka tepat
pada bulan Sapar, hari Selasa Wage, menyerahkan daerah kekuasaannya kepada
Adipati Singanegara. Makhluk halus tak akan mengganggu lagi walaupun daerah itu
akan dijadikan suatu kerajaan, malahan akan membantu segala usaha Adipati
Singanegara, dengan perjanjian agar mereka diberi sesaji pada waktu-waktu
tertentu.
Konon
khabarnya, setelah Adipati Singanegara dapat menkalukkan makluk halus, maka
dimulailah penebangan hutan, pengaturan daerah sehingga Adipati Singanegara
ditunjuk sebagai pimpinan daerah tersebut. Dan langsung menempati daerah itu
beserta para prajurit dan keluarganya. Mulai saat itu, daerah tersebut
merupakan daerah yang baik, tenteram, aman, panjang punjung loh jinawi, gemah
ripah, tata raharja.
Kemudian Pangeran Lokajaya dikawinkan
dengan puteri Adipati Singanegara (yang kemudian Pangeran Lokajaya terkenal
dengan sebutan Mbah Somongari). Pangeran Purwokusumopun bertempat tinggal di
situ. Beliau mempunyai dua orang anak, seorang putra dan seorang putri. Ke dua
orang tersebut sampai tua tidak mau bersuami istri. Yang putra tak mau beristri
kalau tidak sama dengan saudaranya perempuan. Demikian pula sebaliknya yang
putri, akhirnya kedua orang tersebut meninggal tanpa sebab. Maka makam ke dua
orang tersebut juga dijadikan satu tempat yang sampai sekarang terkenal dengan
nama Makam Kedono-Kedini, yang akhirnya menjadi pepunden rakyat Desa Somongari.
Untuk memperingati kemenangan Adipati
Sanganegara berperang melawan raja makluk halus, pada setiap hari Selasa Wage
pada bulan Sapar tiap dua tahun sekali dirayakan upacara yang dikenal dengan
kegiatan Merti Desa Kebo Palagumantung / Palawija dan lebih terkenal dengan
sebutan Jolenan. Dan upacara selamatan desa tersebut ditempatkan di halaman
Makam Kedono-Kedini dengan menampilkan atraksi kesenian Tayub dan kesenian lain
asal desa Somongari.
Sy sangat salut dengan terangkatnya Budaya desa Somongari dan menjadi desa wisata Saya asli orang Somongari dan lahir disana yg saat ini merantau ke Kota Jakarta dan sdh lama sekali, namun setiap tahun atau
BalasHapuskl ada acara acara besar selain hari raya, saya menyempoatkan diri dan selalu pulang kampung. Lurah desa Somongari cikal bakalnya dari periode per periode adalah masih keluarga saya dari yg
pertama hingga sekarang Tahun 2019 dan mungkin untuk selanjutnya. Kami kami semua adalah keturunan dari Eyang Loka Joyo (Mbah Somongari)sang prajurit Majapahit itu. Semoga Somongari di jauhkan dari segala macam bencana, Amin.
Beneran mas?... saya dari Purwakarta, sama turunan somongari, tapi udh los kontak, Mbah buyut saya dulu kata nya kepala desa somongari, tapi udh lupa nama buyut kakong saya, klo gak salah nama nya Mbah Marto, Mbah Putri nya Mbah girah, sama ada yg nama nya le Gito, adik kakak sma le sumarno, klo gak salah, rumah Mbah saya dulu dekatdekat seki lingkungan desa, saya mau cari kesana tapi bingung gimana nyari nya
HapusRa ngenah
BalasHapus