Legenda ini terjadi di
sebuah kecamatan yang ada di Temanggung, yaitu kecamatan Bansari. Bansari
merupakan sebuah kecamatan baru yang ada di wilayah kabupaten Temanggung, dulu
Bansari merupakan sebuah desa yang masuk dalam wilayah kecamatan Ngadirejo dan
kecamatan Parakan. Dahulu di desa ini ada sebuah desa yang disebut dengan desa
Tepeng. Desa Tepeng merupakan desa yang sangat kecil. Penduduk desa ini hanya
terdiri dari 16 rumah saja. Namun, sekarang keberadaan desa ini tidak ada.
Konon menurut ceritanya adalah
sebagai berikut:
Pada jaman dahulu di desa ini ada seorang
sesepuh. Orang ini dipercaya sebagai orang yang mengerti keadaan desa Tepeng.
Pada suatu hari sesepuh ini bermimpi didatangi seekor ikan. Ikan yang
mendatangi sesepuh ini bukanlah seekor ikan biasa. Namun, ikan ini ukurannya
sangat besar sekali/ikan raksasa. Ukurannya badan ikan ini kira-kira sama
dengan ukuran sebuah eblek. Eblek adalah tutup genthong (wadah untuk
menyimpan
air yang terbuat dari tanah liat) yang terbuat dari anyaman bambu. Selain dari
ukurannya yang besar, ikan ini juga dapat berbicara. Setiap kali sesepuh ini
tidur. Sesepuh ini selalu bermimpi didatangi oleh ikan raksasa ini. Menurut
sesepuh desa Tepeng, ikan raksasa itu adalah penunggu dari desa Tepeng ini. Karena
sering kali didatangi oleh ikan raksasa ini, maka sesepuh dan masyarakat
setempat mengadakan upacara ritual untuk memanggil ikan raksasa. Upacara ritual
tersebut dengan tujuan untuk mengetahui maksud dari mimpi sesepuh desa Tepeng.
Upacara ritual pun dimulai, sesajen
dan segala ube rampe disiapkan. Tidak berapa lama, ikan raksasa itu muncul,
mendatangi masyarakat yang sedang mengadakan ritual tersebut. Masyarakat
setempat heran dan merasa takjub dengan ikan raksasa tersebut. Ikan itu sangat
besar sekali, sehingga membuat takut masyarakat setempat.
Setelah ikan itu datang
di tengah-tengah acara upacara ritual yang diadakan masyarakat desa Tepeng.
Ikan raksasa tersebut menyampaikan suatu pesan bagi penduduk desa Tepeng ini.
Ikan raksasa ini berpesan kepada masyarakat desa Tepeng ini agar masyarakat
setempat segera meninggalkan desa Tepeng ini. Desa Tepeng ini tidak boleh
dijadikan sebuah desa lagi. Kalau masyarakat masih tetap menjadikan sebuah desa
maka desa ini akan berubah menjadi lautan.
Sesepuh
dan masyarakat setempat menjadi takut, dan mereka percaya akan apa yang dikatakan
ikan raksasa tersebut. Maka seluruh masyrakat desa Tepeng ini, termasuk sesepuh
desa ini segera berkemas-kemas dan meninggalkan desa Tepeng ini. Mereka takut
jika apa yang disampaikan ikan rakasasa tersebut menjadi kenyataan. Mereka
pindah ke lahan yang ada disebelah dasa Tepeng. Desa Tepeng ini sekarang
menjadi lahan yang ditanami banyak pohon bambu. Lahan ini tidak berpenghuni.
Setiap malam suro di tempat ini sering kali diadakan upacara suronan. Untuk
desa Tepeng yang baru, nama desanya tidak lagi menggunakan nama Tepeng. Tetapi
mereka mengubah nama desanya menjadi desa Windu Sari sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar