Oleh karenanya, penulis tidak mencantumkan kata “sejarah”,
untuk menghindari adanya satu anggapan upaya pemelintiran kata “sejarah” (yang
menurut para sesepuh dan tokoh, Bumiayu dan dan empat kecamatan lain
disekitarnya, yakni ; Paguyangan, Bantarkawung, Sirampog dan Tonjong tidak
memiliki hubungan historis dengan sejarah penamaan Brebes sebagai induk
pemerintahannya).
Penulis sangat merasa berterimakasih
jika ada diantara pembaca dapat memberikan informasi (terutama berkaitan erat
dengan nama ; Balaikambang, Kedatuan, Linggapura, Pesanggarahan, Balapusuh,
Rajawetan, Margasari, Balapulang, dan Slawi) yang masih belum dapat tercover
dalam tulisan ini. Kritik dan saran selalu penulis harapkan, terutama bagi yang
memiliki ikatan kultural dengan Kota Bumiayu dan sekitarnya.
Perjalanan dari Mataram Diawali dari
mangkatnya Raden Mas Rangsang yang bergelar Panembahan Agung Senopati Ing Alaga
Ngabdurrahman atau yang masyhur disebut dengan Sultan Agung Hanyakrakusuma pada
tahun 1645, tepat enam tahun setelah berhasil menaklukan Blambangan tahun 1939.
Sultan Agung telah berhasil melakukan ekspansi ke deluruh daerah di Jawa dan
Madura (kecuali Banten dan Batavia)[1] dan beberapa daerah luar Pulau Jawa,
seperti ; Palembang, Jambi dan Banjarmasin. Mangkatnya Sultan Agung membuat
sang putra mahkota Pangeran Arum didaulat untuk memimpin Mataram, dengan gelar
Sunan Amangkurat I. Sejak kepemimpinannya, wilayah Mataram berangsur-angsur
menyempit karena aneksasi yang dilakukan oleh Belanda. Perpecahan tersebut
disamping atas peran Belanda, juga akibat adanya kegusaran masyarakat atas
ekspansi yang dilakukan oleh Mataram yang menjelang mangkatnya Sultan Agung.
Pemberontakan-pemberontakan terhadap kekuasaan raja banyak dilakukan, antara
lain dari ; keturunan Sunan Tembayat, keturunan Kadilangu, Wangsa Kajoran,
keturunan Panembahan Rama dan Panembahan Giri.
Atas gencarnya aksi pemberontakan tersebut,
mengakibatkan posisi Sunan Amangkurat I terpojok (yang dalam versi ini
diindikasikan menjalin kerjasama dengan VOC - Verenidge Indische Oast Compagnie,
sebuah organisasi monopoli perdagangan milik Belanda di Batavia) sehingga ia
berinisiatif untuk menyelamatkan diri dan hendak meminta bala bantuan kepada
Gubernur Jenderal De Cock.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar