Dahulu kala,
ada seorang bernama Nasirudin atau Nasirun yang berasal dari Gunungsari,
Cikulak, Ciledug Jawa Barat. Nasirudin ini adalah seorang anak muda yang haus
akan ilmu kesaktian. Berbagai tempat ia datangi. Asal disitu ia mendengar ada
seorang bijak atau sakti maka ia pasti akan mendatanginya untuk berguru.
Petualangan Nasirudin ini sampai membawanya ke wilayah Jawa Timur, tepatnya
disekitar daerah Sunan Gresik. Kedatangan dia ke situ juga dengan maksud
menimba ilmu.
Hingga pada suatu hari,
usai beberapa lama menimba ilmu di Gresik, Nasirudin memutuskan untuk pulang
kerumah. Hingga suatu waktu, perjalanannya sampai di wilayah Desa
Ketanggungan. Di tempat ini, Nasirudin memutuskan beristirahat. Pada saat
itulah, Nasirudin yang dasarnya juga anak muda yang cukup ramah terlibat
pembicaraan sengan warga sekitar. Dari situ, dia mendengar bahwa di sekitar
desa Ketanggungan ini masih banyak wilayah yang masih liar dan kosong
penghuninya.
Karena tertarik dengan penjelasan masyarakat sekitar, ditambah
Nasirudin ini punya jiwa petualang, akhirnya Nasirudin memutuskan untuk
menetap di wilayah tersebut dan mengurungkan niatnya untuk kembali ke
rumahnya di Ciledug.
Akhirnya, Nasirudin mendapatkan tempat
yang cocok menurut kata hatinya. Tempat itu berada di sekitar Desa Baros.
Mulilah Nasirudin muda ini membuka lahan dan mendirikan tempat tinggal di
situ. Setelah beberapa lama menetap, Nasirudin mulai dikenal oleh masyarakat
sekitar akan kesaktiannya. Hingga pada suatu hari, Nasirudin di minta oleh
Bupati Brebes untuk membantu pemerintah membasmi para perusuh yang ada di
Dusun Cupas dengan imbalan yang cukup yaitu tanah seluas 100 bahu ( kurang
lebih sekitar 90 ha ). Menurut ceruta, Dusun Cupas ini di huni oleh banyak
perusuh yang seringkali mengganggu ketentraman penduduk dan pemerintah.
Senjata tajam kiriman Nasirudin berggerak sendiri menuju Dusun Cupas,
sesampainya ditempat itu senjata-senjata tersebut bergerak sendiri untuk
membasmi tuntas para perusuh.
Maka mulailah Nasirudin ini
menunjukkan kesaktiannya yang luar biasa. Dan pada malam yang telah
ditentukannya, Nasirudin menggerakkan seluruh senjata yang dimilikinya serta
yang di punyai warga, mulai dari tombak, keris, parang, pedang, cangkul dan
lain sebagainya untuk membasmi para perusuh di Dusun Cupas. Di tengah malam
sunyi itu, berbagai senjata tajam kiriman Nasirudin bergerak sendiri menuju
Dusun Cupas, dan sesampainya di tempat itu, senjata-senjata tersebut bergerak
sendiri untuk membasmi tuntas para perusuh.
Keesokan harinya, penduduk di sekitar Dusun Cupas geger karena para perusuh
yang bertempat tingal di dusun itu mati dengan berbagai luka di tubuhnya.
Padahal malamnya mereka tidak mendengar ada pasukan atau warga menyerbu. Usai
peristiwa itu, warga semakin menghormati Nasirudin dengan kesaktiannya. Dan
sesuai janjinya, Bupati Brebes kemudian menghadiahi Nasirudin dengan tanah
seluas 100 bahu. Oleh Nasirudin, tanah itu kemudian dibagi 70 bahu untuk di
jadikan sawah dan 30 bahu sisanya di jadikan pekarangan. Karena sudah
memiliki tanah sendiri, Nasirudin lantas memboyong kerabatnya yang ada di
Gunungsari Ciledug Jawa Barat.
Kerabatnya tersebut bernama Ki Artilem dan Ki Karwinten.
Bersama dua kerabatnya di Bantu oleh masyarakat sekitar yang mulai
berdatangan maka di atas tanah hadiah Bupati Brebes itu lama kelamaan
membentuk satu desa. Dan oleh Nasirudin tersebut di namakan Desa Tangungsari
yang di ambil dari kata Tanggung berasal dari Desa Ketanggungan dan Sari
berasal dari desa tempat kelahirannya yaitu Gunungsari. Konon, itulah asal
usul nama Desa Tanggungsari di wilayah Kecamatan Ketanggungan.
oleh Nasirudin tersebut di namakan Desa Tangungsari yang
di ambil dari kata
Tanggung berasal dari Desa Ketanggungan dan Sari berasal dari Desa tempat
kelahirannya yaitu Gunungsari. Konon, itulah asal usul nama Desa Tanggungsari
di wilayah
Kecamatan Ketanggungan
|
Itu pada tahun berapa ya?
BalasHapusBaru tau asal usul nya tanggungsari
BalasHapus