Kamis, 25 Juli 2013

SUMUR BLANDUNG


I.          Asal Mula Sumur Blandung
Sumur Blandung dibuat pada zaman Hindu-Budha, kerajaan Majapahit pada abad 13-14. Sumur Blandung memang sengaja dibuat oleh penduduk sekitar untuk diambil beberapa manfaatnya.
Mula-mula berawal pada suatu hari ada seorang petani yang bernama Pak Pahing, dia mempunyai anak yang bernama Kliwon. Waktu itu Kliwon diberi tugas oleh ayahnya untuk menggembala kambing di padang rumput, namun Kliwon tidak melaksanakan tugasnya. Dia meninggalkan kambingnya dan pergi menonton “tontonan”. Mengetahui hal itu, Pak Pahing sangat mara, dia langsung membawa kambingnya pulang. Sesampainya di rumah, Kliwon dimarahi habis-habisan oleh ayahnya, tetapi Kliwon tidak menghiraukannya. Ayahnya semakin marah kemudian mengambil sambilah dan dipukulkan ke kepala Kliwon. Kliwon diusir dari rumahnya. Dia pergi dari rumah kea rah utara, timur sampe daerah perbatasan Gunung Lawu.

Di daerah tersebut ada pesantren, disitulah kini Kliwon tinggal dan menuntut ilmu menjadi seorang santri. Pada suatu malam, salah satu guru di padepokan membuat suatu tanda pada sebuah sarung dengan cara ujung sarung “dibundeli/diikat kecil”. Banyak sekali sarung yang ada di situ tetapi hanya satu yang diberi tanda. Keesokan harinya, setelah semua santri selesai bersih-bersih, guru di pesantren itu menyuruh santrinta untuk mengambil salah satu sarung pada tumpukan sarung. Setelah semua mengambil, ternyata yang mendapat sarung yang bertanda adalah Kliwon. Sang guru kemudian menyuruh Kliwon untuk pergi ke Majapahit Karena Kliwon sudah cukup ilmu dan semua ilmu yang gurunya miliki sudah semuanya diberikan padanya.
Kemudian, Kliwon pergi ke Majapahit. Di sana ada seorang raja yang mempunyai anak yang bernama Mayasari. Mayasari adalah seorang putri raja yang sangat cantik tetapi dia sedang sakit dan belum ada seorangpun yang bisa mengobatinya. Karena memiliki ilmu yang cukup tinggi akibatnya sang putri dapat sembuh dari sakitnya. Atas jasanya itu, Kliwon dinikahkan dengan Mayasari dan diberi jabatan.
Setelah menikah dengan Mayasari, Kliwon disuruh pulang ke tempat lahirnya dan membuat kadipaten, daerah itu menjadi ramai, menjadi tempat berdagang para pedagang. Pak Pahing, ayah Kliwon juga menjadi pedagang, dagangannya sangat laris, dia menjual minuman dawet. Suatu hari Kliwon melihat ayahnya tersebut, dia menghampirinya. Ayahnya tidak tahu kalau dia adalah Kliwon anaknya yang sudah lama pergi. Selain itu Kliwon juga sudah menjadi bangsawan dan berganti nama sehingga ayahnya kurang mengenalnya. Kliwon berbincang-bincang dengan ayahnya. Dia bertanya tentang keluarganya. Akhirnya Kliwon mengatakan bahwa dirinya adalah anaknya. Pak Pahing sangat terkejut, dia tidak menyangka kini anaknya telah menjadi seorang bangsawan.
Mengetahui hal tersebut, Mayasari menjadi malu. Dia kembali ke Majapahit. Namun sesampainya di Majapahit, dia disuruh pulang kepada suaminya. Dia merasa sedih dan berusaha bunuh diri dengan cara gantung diri atau nggandul (tempat yang digunakan bunuh diri itu kini disebut dengan nama Gandulan), tetapi usahanya gagal. Kemudian dia berlari ke suatu daerah yaitu Mlibak, di situ Mayasari sekarat dan akhirnya meninggal kemudian dimakamkan di daerah itu.
Mengetahui hal itu Kliwon sangat sedih. Sejak saat Mayasari mninggal, kadipaten itu menjadi daerah rawan penyakit. Karena Kliwon mempunyai ilmu tinggi, dia tahu bagaimana mengatasi hal tersebut yaitu menyuruh penduduk untuk membuat sumur di daerah wadas atau berbatu, diharapkan air yang keluar dari sumur itu dapat menjadi obat. Sumur itu adalah Sumur Blandung. Hingga kini sumur itu dimanfaatkan walaupun Kliwon sudah meninggal.

II.                Lokasi Sumur Blandung
Sumur blandung terletak di desa Tegowanuh, kecamatan Kaloran, kabupaten Temanggung. Nama itu diberikan oleh Kliwon. Dulunya desa itu bernama Lohwanoh, yang dinamai oleh Mbah Wanoh.
III.             Karakteristik Sumur Blandung
Sumur Blandung mempunyai diameter + 2 meter dan memiliki kedalam + 2,5 meter. Sumur ini dibuat pada daerah yang berbatu atau wadas. Dulunya sumur Blandung dikenal dengan sumur Bandung, diambil dari kata Bandung yang berarti “gedhe”. Selain dikenal dengan nama Sumur Blandung, sumur ini juga dikenal dengan nama Jalatunda.Keistimewaan sumur Blandung adalah dibuat pada tanah yang berbatu/wadas. Selain itu juga terdapat beberapa pohon wungu. Pohon itu tumbuh besar samapi sekarang. Anehnya di tanah yang berbatu/wadas pohon itu bisa tumbuh besar. Sekitar lokasi Sumur Blandung tedapat sebuah tempat yang biasanya digunakan untuk melakukan upacara ritual/ tempat untuk meletakkan sesaji. Selain itu juga terdapat lingga dan yoni. Kedua benda tersebut biasanya digunakan untuk upacara ritual dalam penyembuhan suatu penyakit dengan cara yoni diberi air dan lingga diletakkan di atasnya. Air yang mengalir dari yoni itu ditampung dalam suatu tempat atau wadah dan diminumkan pada orang yang sakit. Kemungkinan orang itu akan sembuh dari penyakitnya.

5 komentar:

  1. Menambah wawasan,plus fotonya dong
    Masih banyak lo sejarah di desa tegowanuh,termasuk masji dan pasar wage itu,di kauman

    BalasHapus
  2. makam Mbah Kiyai Lowano juga,yang ada di gumuk Gembolan.

    BalasHapus
  3. sebenarnya banyak juga situs situs sejarah yang ada di seputaran Gandulan~Tegowanuh bila di ekspos.sayang keberadaanya kurang begitu terawat.Ada batu bentuk oval cekung(tong buat mandi anak kecil),situs batu tlompak,bukit sapi gemarang(kini ditumbuhi rumput liar),trus sisa2 batu bata super besar,yang bila smua di telusuri mungkin akan lebih luas wawasanya. ()

    BalasHapus
  4. aku kemarin ke sumur Blandung...mqntwp

    BalasHapus