I. Asal Mula Sumur Blandung
Sumur
Blandung dibuat pada zaman Hindu-Budha, kerajaan Majapahit pada abad 13-14.
Sumur Blandung memang sengaja dibuat oleh penduduk sekitar untuk diambil
beberapa manfaatnya.
Mula-mula
berawal pada suatu hari ada seorang petani yang bernama Pak Pahing, dia
mempunyai anak yang bernama Kliwon. Waktu itu Kliwon diberi tugas oleh ayahnya
untuk menggembala kambing di padang rumput, namun Kliwon tidak melaksanakan
tugasnya. Dia meninggalkan kambingnya dan pergi menonton “tontonan”. Mengetahui
hal itu, Pak Pahing sangat mara, dia langsung membawa kambingnya pulang.
Sesampainya di rumah, Kliwon dimarahi habis-habisan oleh ayahnya, tetapi Kliwon
tidak menghiraukannya. Ayahnya semakin marah kemudian mengambil sambilah dan
dipukulkan ke kepala Kliwon. Kliwon diusir dari rumahnya. Dia pergi dari rumah
kea rah utara, timur sampe daerah perbatasan Gunung Lawu.
Di
daerah tersebut ada pesantren, disitulah kini Kliwon tinggal dan menuntut ilmu
menjadi seorang santri. Pada suatu malam, salah satu guru di padepokan membuat
suatu tanda pada sebuah sarung dengan cara ujung sarung “dibundeli/diikat
kecil”. Banyak sekali sarung yang ada di situ tetapi hanya satu yang diberi
tanda. Keesokan harinya, setelah semua santri selesai bersih-bersih, guru di
pesantren itu menyuruh santrinta untuk mengambil salah satu sarung pada
tumpukan sarung. Setelah semua mengambil, ternyata yang mendapat sarung yang
bertanda adalah Kliwon. Sang guru kemudian menyuruh Kliwon untuk pergi ke
Majapahit Karena Kliwon sudah cukup ilmu dan semua ilmu yang gurunya miliki
sudah semuanya diberikan padanya.
Kemudian,
Kliwon pergi ke Majapahit. Di sana ada seorang raja yang mempunyai anak yang
bernama Mayasari. Mayasari adalah seorang putri raja yang sangat cantik tetapi
dia sedang sakit dan belum ada seorangpun yang bisa mengobatinya. Karena
memiliki ilmu yang cukup tinggi akibatnya sang putri dapat sembuh dari
sakitnya. Atas jasanya itu, Kliwon dinikahkan dengan Mayasari dan diberi
jabatan.
Setelah
menikah dengan Mayasari, Kliwon disuruh pulang ke tempat lahirnya dan membuat
kadipaten, daerah itu menjadi ramai, menjadi tempat berdagang para pedagang.
Pak Pahing, ayah Kliwon juga menjadi pedagang, dagangannya sangat laris, dia
menjual minuman dawet. Suatu hari Kliwon melihat ayahnya tersebut, dia
menghampirinya. Ayahnya tidak tahu kalau dia adalah Kliwon anaknya yang sudah
lama pergi. Selain itu Kliwon juga sudah menjadi bangsawan dan berganti nama
sehingga ayahnya kurang mengenalnya. Kliwon berbincang-bincang dengan ayahnya.
Dia bertanya tentang keluarganya. Akhirnya Kliwon mengatakan bahwa dirinya
adalah anaknya. Pak Pahing sangat terkejut, dia tidak menyangka kini anaknya
telah menjadi seorang bangsawan.
Mengetahui
hal tersebut, Mayasari menjadi malu. Dia kembali ke Majapahit. Namun sesampainya
di Majapahit, dia disuruh pulang kepada suaminya. Dia merasa sedih dan berusaha
bunuh diri dengan cara gantung diri atau nggandul (tempat yang digunakan bunuh
diri itu kini disebut dengan nama Gandulan), tetapi usahanya gagal. Kemudian
dia berlari ke suatu daerah yaitu Mlibak, di situ Mayasari sekarat dan akhirnya
meninggal kemudian dimakamkan di daerah itu.
Mengetahui
hal itu Kliwon sangat sedih. Sejak saat Mayasari mninggal, kadipaten itu
menjadi daerah rawan penyakit. Karena Kliwon mempunyai ilmu tinggi, dia tahu
bagaimana mengatasi hal tersebut yaitu menyuruh penduduk untuk membuat sumur di
daerah wadas atau berbatu, diharapkan air yang keluar dari sumur itu dapat
menjadi obat. Sumur itu adalah Sumur Blandung. Hingga kini sumur itu
dimanfaatkan walaupun Kliwon sudah meninggal.
II.
Lokasi Sumur
Blandung
Sumur
blandung terletak di desa Tegowanuh, kecamatan Kaloran, kabupaten Temanggung.
Nama itu diberikan oleh Kliwon. Dulunya desa itu bernama Lohwanoh, yang dinamai
oleh Mbah Wanoh.
III.
Karakteristik
Sumur Blandung
Sumur
Blandung mempunyai diameter + 2 meter dan memiliki kedalam + 2,5
meter. Sumur ini dibuat pada daerah yang berbatu atau wadas. Dulunya sumur
Blandung dikenal dengan sumur Bandung, diambil dari kata Bandung yang berarti
“gedhe”. Selain dikenal dengan nama Sumur Blandung, sumur ini juga dikenal
dengan nama Jalatunda.Keistimewaan sumur Blandung adalah dibuat pada
tanah yang berbatu/wadas. Selain itu juga terdapat beberapa pohon wungu. Pohon
itu tumbuh besar samapi sekarang. Anehnya di tanah yang berbatu/wadas pohon itu
bisa tumbuh besar. Sekitar lokasi Sumur Blandung tedapat sebuah
tempat yang biasanya digunakan untuk melakukan upacara ritual/ tempat untuk
meletakkan sesaji. Selain itu juga terdapat lingga dan yoni. Kedua benda
tersebut biasanya digunakan untuk upacara ritual dalam penyembuhan suatu
penyakit dengan cara yoni diberi air dan lingga diletakkan di atasnya. Air yang
mengalir dari yoni itu ditampung dalam suatu tempat atau wadah dan diminumkan
pada orang yang sakit. Kemungkinan orang itu akan sembuh dari penyakitnya.
Menambah wawasan,plus fotonya dong
BalasHapusMasih banyak lo sejarah di desa tegowanuh,termasuk masji dan pasar wage itu,di kauman
makam Mbah Kiyai Lowano juga,yang ada di gumuk Gembolan.
BalasHapussebenarnya banyak juga situs situs sejarah yang ada di seputaran Gandulan~Tegowanuh bila di ekspos.sayang keberadaanya kurang begitu terawat.Ada batu bentuk oval cekung(tong buat mandi anak kecil),situs batu tlompak,bukit sapi gemarang(kini ditumbuhi rumput liar),trus sisa2 batu bata super besar,yang bila smua di telusuri mungkin akan lebih luas wawasanya. ()
BalasHapuszzz
BalasHapusaku kemarin ke sumur Blandung...mqntwp
BalasHapus