Prasasti Mantyasih terletak di Meteseh, sebelah Barat
Karesidenan Kedu. Lokasi ditemukannya prasasti diletakkan batu sebagai
replikanya. Prasasti Mantyasih, 907 M, menceritakan bahwa Kota Magelang
mengawali sejarah sebagai desa perdikan “Mantyasih” yang berarti beriman dalam
cinta kasih dan di tempat itu terdapat lumpang batu yang diyakini masyarakat
sebagai tempat upacara penetapan Sima atau perdikan (Dinas Pariwisata Magelang,
2000).
Prasasti ini
menceritakan bahwa terdapat jalan panjang yang melintasi desa, sawah
sungai gunung atau hutan yang pada saat tertentu dilewati para pejabat desa
atau pejabat lungguh yang akan menyerahkan pajak dan upeti kepada raja jalan
ini juga dilewati pada pedagang yang pergi ke pasar tidak jarang mendapat
gangguan baik dari becu maupun begal. Apalagi desa kuning dilewati jalan
raya menuju ke parakan. Oleh karena itu turunlah anugrah kepada lima patih
dari matyasih berupa tanah sima : kelima orang patih ini diberi tugas untuk
mengamankan desa dan menjagai jalan di desa kuning dari kerusuhan.
Mantyasih
terletak di tengah-tengah jalan raya yang menghubungkan antara dataran tinggi
Dieng (sebagai tempat pemujaan) dengan Pranaraga yang berada di ponorogo saat
ini. Jalan raya itu menghubungkan antara
Dieng-Wonosobo-Parakan-Magelang-Yogyakarta-Prambanan-Wonogiri-Pranagara.
Para patih diperintahkan untuk menjaga bangunan-bangunan suci yang ada di
sekitar Mantyasih. Prasasti Mantyasih juga menyebutkan dua gunung yaitu Gunung
Susundara dan Wukir Sunwing. Selain tentang daerah perdikan juga
diceritakan tentang urutan Raja-raja Mataram Kuno.
Salam kenal,
BalasHapus"Salam Mantyasih"
www.mantyasihcenter.blogspot.com
sip.... teruskan tulisannnya...
BalasHapus