Menuurut cerita di deasa Pawedan wilayah Buaran Kabupaten
Pekalongan. Dahulu kala ada seorang petapa yang sakti bernama Embah Kromongso.
Kihidupannya pun damai dantrentambersama keluarganya. Embah Kromongso sebagai
sesepuh di desa tersebut.
Pada
suatu hari keponakan Embah Kromongso datang di desa Embah Kromongso.
Kedatangannya tidak di ketahui oleh Embah Kromongso, keponakannya masih muda
tetapi ilmunycukup lumanyan hebat. Pemuda tersebut mengajarkan ilmunya kepada
warga. Ketika Embah Kromongso pulang dari petapaannya dia terkecut warganya
sedang sibuk untuk mempersiapkan slametan untuk disajikan kepada keponakaannya.
Embah Kromongso marah, ia langsung menuju ketempat pemuda itu, menanyakan
kenapa tidak ijin dulu kalau mau menempati wilayah ini dan menyebarkan ilmu
yang kau mliki. Pemuda itu langsung marah dan menghunuskan keris ke dada Embah
Kromongso, tetapi tidak sampai ke dada Embah Kromongso malah ke dada pemuda
tersebut, akhirnya pemuda tersebut meninggal kerisnya dicabut dan ditancapkan
ke tanah samping mayat. Emba Kromongso mengamati mayat keponakannya sambil
berkata : ”Matine manungso kaya matine kewan”. Maka seketika mayat tersbut
hilang. Embah Kromongso berkata lagi ”Matine manungso kaya matine jim ora
ninggal raga”. Seketika mayat itu ada lagi dan bentuknya lebih besar lagi. Maka
kali ini Embah Kromongso berkaya ” Matine manungso kaya matine kebo”. Anehnya
mayat berubah menjadi anak ayam, dan anak ayam itu dikubur sebelah keris oleh
Embah Kromongso. Keris itu mengeluarakan air berwarna putih dan mengalir ke
rawa, sejak itu air yang di rawa menjadi putih. Maka oleh masyarakat tempat itu
bernama Rawa putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar