Dongeng
atau cerita yang hidup di plawangan
khususnya dan di kabupaten pemalang umumnya, tentang keraton pringgodani.
Cerita ini didapat dari bapak karmin , 80 thn. Juru kunci candi plawangan.
Pada
zaman dulu di plawangan ada kerajaan namanya pringgodani, yang di perintah oleh
keluarga hari. Rja ini berwujud raksasa, dan mempunyai kebiasaan makan daging
orang.
Raja
pertama bernama prabu harimboko atau lebih dikenal tremboko.
Pada
suatu hari, sang raje meminta giliran kepada salah satu penduduk yang menerima
giliran untuk mengantar manusia. Karena susahnya, keluarga itu siang malam
tidak dapat memutuskan siapa yang harus diserahkan, dirinya, istrinya atau anak
tunggalnya. Malam selum gilirannya, di rumahnya menginap seorang pemuda yang
mengaku bernama brotoseno yang karena mendengar kesusahan keluarga itu dan
karena merasa sudah berhutang budi karena sudah bisa menginap, ia bersedia
untuk menjadi pengganti keluarga itu.
Paginya
brotoseno diantar ke hadapan sang raja yang kebetulan menghadap pula putrinya
yang bernama dewi harimbi.
Putri
itu tertarik kepada pemuda yang akan menjadi korban ayahnya itu dan memohon
kepada ayahnya agar agr untuk kali ini pemuda itu jangan dijadiakan korban.
Sayang sang prabu sudah sangat lapar, maka segala permohonan putrinya itu tidak
dikabulkan.
Brotoseno
segera akan dimakan, tetapi sang prabu terkejut, sebab kulit pemuda ini sangat
keras seperti baja dan giginya tidak mampu melukai kulit brotoseno.
Akhirnya
kemarahannya yang tak terkendalikan, terjadilah perkelahian antara prabu
tremboko dengan brotoseno yang berakhir gugurnya prabu tremboko.
Sepeninggalan
prabu tremboko, pringgodani di pimpin anak sulungnya yang bernama prabu
harimbo.
Pada
suatu hari, dewi harimbi sebagai adiknya harimbo, meminta izin untuk kawin
dengan brotoseno, tetapi kakaknya menolak mentah-mentah dengan alasan bahwa
brotoseno telah membunuh ayahandanya, jadi dia adalah musuh, bahkan dewi
harimbi diusir.
Lalu
prabu harimbo marah dan menantang berkelahi dengan brotoseno dan terjadilah
perkelahian dengan seru. Dalam perkelahian itu prabu harimbo kalah dan mayatnya
dilempar ke sungai. Karena rambutnya panjang menurut kepercayaan penduduk
rambut itu sering terlihat di sunai itu dan sejak itu sungai terlihatnya rambut
prabu harimbo disebut sungai rambut.
Sepeninggalan
saudaranya, dewi harimbi yang menggantikan sebagai ratu, mempunyai keraton dua,
yakni di barat sebagai keraton lama terletak di plawangan dan di timur di
pinggir sungai comal.
Dari
cerita diatas, penyusun dapat mengambil intisarinya. Lepas dari benar tidaknya
dongeng rakyat plawangan, perlu dicatat bahwa:
1. Di
plawangan ada kerajaan yang menurut dongeng rakyat setempat namanya kerajaan
“pringgodani”. Sementara sumber cina menyebutkan kerajaan “holing” yang oleh
sejarawan indonesia sering dinamakan dengan nama kalingga. Jadi, “pringgodani”
identik dengan kalingga.
2. Keluarga
raja yang memerintah adalah keluarga ari(arimba). Sementar raja putri arimbi
kalau dibandingkan sumber cina dan barat, mungkin sama dengan dewi sima yang
menikah dengan keluarga kerjaan mataram yang pertama yaitu sanaka(samaha) yang
oleh penduduk diartikan sena,yang oleh dongeng disamakan dengan brotoseno, yang
sudah beragama hindu.
3. Rajanya
berwujud manusia raksasa, mungkin agamanya belum hindu (pemujaan nenek moyang).
Dari catatan ini jelas bahwa kerajaan kalingga(pringgodani), namun versi rakyat
sesuai kerajaan tarumanegara dan seraman awal mataram pertama (era raja sanaka
ayah raja sanjaya). Tegasnya di plawangan patut diduga letak kerajaan hling
atau kalingga yang oleh penduduk dinamakan kerajaan pringgodani.
Lepas
dari benar tidaknya dongeng rakyat plawangan, ada suatu bukti yang tidak bisa disangkal,
bahwa di derah plawangan telah ditemukan bukti-bukti arkeologi sebagai fakta
historis, yang seakan-akan membenarkan dongeng rakyat plawangan.
Keraton
sirawung atau si geseng
Dongeng
rakyat yang mengenai daerah ini banyak ragamnya yang pada hakekatnya dongeng-dongeng
itu menganggap bahwa di hutan sirawung atau si geseng pada zaman dahulu adalah
sebuah kerajaan.
Adapun
inti-inti cerita itu sebagai berikut:
1. Orang-orang
plawangan mengatakan bahwa daerah sirawung dulu merupakan bagian dari
pringgodani dan pernah menjadi tempat pelarian dewi harimbi yang diusir oleh
kakaknya yang tidak setuju dia kawin dengan brotoseno.
2. Menurut
juru kunci candi si geseng, daerah itu disebut jamban dalem. Disebut sirawung
karena rakyat keraton itu, yang berupa lelembut atau makhluk halus yang dapat
bergaul(srawung) dengan manusia biasa. Bernama si geseng artinya si gelap, si
hitam, sebab tempat itu tempat yang gelap bagi manusia biasa.
3. Menurut
oarng pemalang, kanjeng swargi atau kanjeng raden arya adipati reksoprojo yang
wafat tahun 1825, yang tidak mau tunduk kepada VOC untuk menangkap pangeran
diponegoro pernah menghilang atau mengungsi ke keraton sirawung. Demikian juga
kanjeng raden tumenggung ronggo soero adi negoro yang wafat tahun 1862, pernah
bertandang ke keraton sirawung.
Pangeran Benawa juga masih hidup dan
berkedaton di sirawung.
4. Bapak
williem otto machenzie,dengan bersumpah mengatakan, bahwa beliau waktu rumahnya
masih di gembol manis, yakni di hutan sirawung, tiap malam rombongan pemukul
gamelan lewat di depan rumahnya dan anjing-anjing beliau tidak berani menyalak
dan hanya duduk. Jadi ada suara tapi tidak ada rupa.
5. Cerita
para nahkoda kapal asing yang kapalnya kandas di pantai hutan sirawung,
menerangkan bahwa pada umumnya mereka melihat sebuah pelabuhan. Juru kunci yang
sudah berusia lebih dari 100 tahun pernah menyaksikan empat kali kapal kandas.
Bapak
willem otto machenzie juga membenarkan bahwa kapal-kapal yang kandas, katanya
sebab diwaktu malam melihat pelabuhan.
Kapal
kandas yang terakhir adalah di tahun 1956, yakni kapal inggris yang memuat
gambir dan tekstil.
Lepas
dari benar tidaknya beberapa cerita rakyat di daerah pemalang tentang hal-hal
yang ajaib di hutan sirawung, pada pokoknya ada persamaan motif, yakni bahwa di
sirawung zaman dahulu ada sebuah kerajaan.
Kesimpulan:
a. Di
sirawung ada sebuah tempat yang disebut jamban dalem, nama kerajaan setempat
tidak tahu.
b. Adanya
pertemuan dan peninggalan historis yang ditemukan di daerah itu, mendekatlan
“kebenaran” dongeng rakyat setempat dengan fakta historis.
Tempat gelap ini tetap gelap, nama si geseng
cukup membuat rakyat setempat tidak berani sembarang menyebut, hingga tempat
itu gelap.
Terimakasih,kalau boleh minta yang versi b jawanya boleh?
BalasHapus