Kali
kerok berada di sebelah barat daya daerah desa precet. Dahulu kala di desa ini
hidup seorang sultan. Sultan tersebut memiliki seokar kuda yang digunakannya
sebagai alat transportasi sehari-hari. Kuda yang dimiliki oleh sultan ini
berjenis kuda sembrani, kuda yang sangat hebat.
Setiap seminggu sekali tepatnya pada
hari selasa kliwon, sang sultan memandikan kuda ini di suatu sungai. Hal ini
sudah dilakukannya selam kurang lebih tiga tahun. Suatu saat pada hari selasa
kliwon, sang pangeran memandikan kudanya, semua kotoran-kotoran yang menempel pada
tubuh kuda semua yang berasal dari alam sekitar
di bersihkan termasuk kotoran yang berasal dari tubuh kuda tersebut
sendiri.
Pada hari itu kotoran yang menempel
pada tubuh kuda sangat banyak, sehingga sang sultan membutuhkan energi yang
lebih untuk membersihkan kuda tersebut. Setelah bersih kuda tersebut di bawa
pulang kembali. Karena terlalu lelah sang sultan sampai-sampai alat yang
digunakan untuk menyikat kudanya lupa di bawa pulang. Sang sultan pun langsung
bergegas mengambil kembali sikat tersebut ke sungai tersebut tetapi ternyata
sikat tersebut sudah tidak ada, mungkin di bawa arus sungai. Oleh karena itu
sungai itu di namakan sungai kerok yangt di asumsikan kerok adalah alat yang
digunakan untuk menyikat tubuh kuda tersebut.Setelah beberapa tahun kemudian
kuda sembrani tersebut mati tanpa diketahui sebabnya.
Pada suatu saat salah satu penduduk
desa precet mengetahui kebiasaan sang Sultan yang selalu memandikan kudanya di
sungai tersebut. Dia sangat menginginkan kuda seperti kuda yang dimiliki sultan.
Kuda sembrani yang sangat hebat serta diyakini dapat terbang. Akhirnya dia
memutuskan untuk membersihkan/memandikan kudanya di sungai tersebut.
setelah berhari-hari ternyata
niatnya itu menghasilkan sesuatu yang sangat positif. Kuda miliknya tampak
lebih baik, kuda itu tampak lebih hebat di bandingkan dengan kuda-kuda yang
lain. Hal ini ditekuninya terus menerus.
Kemudian kuda tersebut dikjawinkan.
Dari hasil perkawinan ini melahirakan anak kuda yang menajubkan sekali. Kuda
itu melahirkan tiga anak kuda, salah satu anak kuda tersebut memiliki kaki
berwarna hijau yang istilahnya orang jawa adalah tracak ijo.
Kabar berita ini di dengar oleh
seorang ratu Yogyakarta, bahkan berita ini terdengar sampai ke luar jawa. Sang
Ratu ingin sekali memiliki kuda ini, tetapi pemilik kuda ini tidak mau
memberikannya. Bakhkan sang ratu mau menjanjikan hadiah uang yang sangat
banyak, kedudukan yang terhormat, bahkan jaminan akan kehidupan keturunannya,
tetapi pemilik kuda ini tetap tidak mau menyerahkan kuda miliknya. Tetapi jika
tetap tidak mau diserahkan maka desa ini harus dinamakan desa nggajegan atau
dawunan.
Arti dari dawunan dan nggajegan
sendiri adalah:
1.
Nggajegan
Adalah
desa itu akan tetap seperti itu.
Nggajegan
berasal dari kata ajeg yang berarti tetap.
2.
Dawunan
Adalah
desa itu akan berubah jika mereka menginginkan sesuatu maka tidak akan
tercapai.
Dawunan
ini berasal dari kata wukan yang berarti gagal.
Pemilik
kuda itu tetap pada pendiriannya, dia tidak mau menyerahkan kudanya pada sang
ratu, walau di bayar berapa pun.dia ingion merawat kuda itu sampai kuda itu
mati. Setiap orang yang memiliki kuda dan medengar hal ini langsung membawa
kudanya ke kali kerok tetapi setelah kuda itu di bawa pulang kuda itu mati.
Akhirnya mereka sadar akan perkataan ratu, yang mengatakan bahwa apapun yang
mereka inginkan tidak akan tercapai. Hal ini akan berlangsung samapai keturunan
pemilik kuda yang ke tujuh.
Desa
precet ini di bagi menjadi dua dusun yaitu bagian atas disebut nggajegan dan
precet bawah di sebut dengan dawunan.
Suatu hari orang pintar yang mengetahui hal ini berusaha menawarkan air
di sungai kerok sehingga sungai ini tidak memiliki keajaiban lagi. Dulunya di
sini terdapat batu lapak atau batu yang bertapak kuda dan batu kendang yang
pada malam selasa kliwon mengeluarkan suara.
Sungai
ini oleh masyarakat desa setempat masih di anggap keramat. Setiap penduduk desa
yang ingin mempunyai cara,dan ingin acara ini tetap berlangsung lancar maka
orang tersebut harus menyembelih sapi atau kerbau atau kambing yang kemudian kepalanya
ditinggal di sungai tersebut. Dan setiap orang yang ingin melewati daerah ini
harus mengatakan permisi terlebih dahulu jika tidak ingin mendapat bahaya.
Karena sungai ini juga merupakan jalan penghubung dengan desa yang lainnya.
Kebanyakan orang menyebut desa ini sebagai desa dawunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar