Ki Gede Sebayu merupakan keturunan trah
Majapahit. Pada saat terjadi pergolakan perebutan kekuasaan beliau lebih
memilih diam. Bahkan pada saat suasana makin kacau, Ki Ageng Ngunut
(kakek Sebayu) mendesak Ki Gede Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang.
Namun, Ki Gede Sebayu menolak.
Melihat penderitaan manusia akibat
perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda, Ki Gede Sebayu malah
pilih pamit untuk menyingkir ke barat. Beliau melepas atribut kebangsawanannya
dan mengembara mencari hakekat hidup. Sampailah beliau di sebuah daerah penuh
ilalang, padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai
muara laut utara. Beliau terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang
nyaris tak berpenghuni itu.
Di sana hanya ada beberapa bangunan semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat. Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung dikebumikan. Terbersitlah di dalam benak Ki Gede Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok tanam. Beliau merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan, sehingga menghentikan pengembaraannya. Diajaknya warga setempat membabat alang-alang agar jadi tegalan. Selain itu, beliau juga membuat bendungan di hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan sumber air irigasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar