Cermin keluhuran budipekerti
Suatu hasil yang baik itu adalah bekas dari perbuatan baik, hasil yang buruk menunjukan sikap perbuatan yang buruk pula.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Kamis, 21 Juni 2012
Tengering budi luhur
Cermin keluhuran budipekerti
Suatu hasil yang baik itu adalah bekas dari perbuatan baik, hasil yang buruk menunjukan sikap perbuatan yang buruk pula.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Suatu hasil yang baik itu adalah bekas dari perbuatan baik, hasil yang buruk menunjukan sikap perbuatan yang buruk pula.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Tata, titi, titis, tatas
Tertata, teliti, tepat, dan tuntas
Etos dan cara kerja yang baik yakni tertata, teliti dan tepat, maka hasilny akan sempurna dan berguna.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Etos dan cara kerja yang baik yakni tertata, teliti dan tepat, maka hasilny akan sempurna dan berguna.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Tata, teteg, bakal tutug
Teguh hati, kuat pendirian, akan sampai
Orang yang memiliki sikap batin teguh, ulet dan kuat cita-cita, maka cita-citanya itu akan tercapai.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Orang yang memiliki sikap batin teguh, ulet dan kuat cita-cita, maka cita-citanya itu akan tercapai.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Tiji tibeh
Mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh
Mati satu mati semua, mulia satu mulia semua.
Semboyan perjuangan Pangeran Sambarnyowo ketika perang melawan penindasan Belanda di Kraton Kartasura, pada tahun 1740-an
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Mati satu mati semua, mulia satu mulia semua.
Semboyan perjuangan Pangeran Sambarnyowo ketika perang melawan penindasan Belanda di Kraton Kartasura, pada tahun 1740-an
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Titi yoni, ganda yoni, puspa tajem
Petang hari, tengah malam, puncak malam menjelang pagi
Pembagian waktu mimpi manusia dan kemungkinan tepat tidaknya dengan kenyataan. Mimpi pada waktu puspa tajem berarti kemungkinan merupakan firasat dari Tuhan.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Pembagian waktu mimpi manusia dan kemungkinan tepat tidaknya dengan kenyataan. Mimpi pada waktu puspa tajem berarti kemungkinan merupakan firasat dari Tuhan.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Tunjung putih semune pudhak kasungsang
Teratai putih mewangi seperti bunga pandan terbalik
Tokoh yang suci bersih, yang keindahan peragainya bagaikan bunga teratai putih yang wanginya seperti bunga pandan yang masih sembunyi.
Perlambang untuk datangnya satria piningit Sang Ratu Adil.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Tokoh yang suci bersih, yang keindahan peragainya bagaikan bunga teratai putih yang wanginya seperti bunga pandan yang masih sembunyi.
Perlambang untuk datangnya satria piningit Sang Ratu Adil.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Ubut saksi
Saksi seperti pencuri dipagi hari
Mencari saksi dengan sembarangan akhirnya mencelakai (Memilih saksi yang tidak bisa dipercaya), bukan hanya dalam persidangan di depan hakim, saksi merupakan teman yang tahu siapa diri kita, maka carilah teman yang baik, yang terpercaya, yang membantu di kala kesusahan dan tidak iri hati di kala kita mendapat kebahagiaan.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Mencari saksi dengan sembarangan akhirnya mencelakai (Memilih saksi yang tidak bisa dipercaya), bukan hanya dalam persidangan di depan hakim, saksi merupakan teman yang tahu siapa diri kita, maka carilah teman yang baik, yang terpercaya, yang membantu di kala kesusahan dan tidak iri hati di kala kita mendapat kebahagiaan.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Wignyeng paramarta duduga lawan prayoga
Pandai mengira-ira dan mempertimbangkan dengan baik
Untuk berbuat apapun seseorang harus mempertimbangkan betuk baik buruknya sehingga idak menyesal di kemudian hari. Pandai membaca situasi dan kondisi merupakan sikap awal seseorang yang bijaksana.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Untuk berbuat apapun seseorang harus mempertimbangkan betuk baik buruknya sehingga idak menyesal di kemudian hari. Pandai membaca situasi dan kondisi merupakan sikap awal seseorang yang bijaksana.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Witing tresna jalaran saka kulina
Awal mula cinta itu karena terbiasa
Asal mula dua orang lain jenis jatuh cinta, adalah karena saling bertemu dan berkomunikasi.
Dalam pandangan filsafat Jawa, Tresna atau jatuh cinta dalam pandangan pertama tidak mungkin.
Cinta akan tumbuh setelah dua insan saling memahami lawan jenisnya.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Asal mula dua orang lain jenis jatuh cinta, adalah karena saling bertemu dan berkomunikasi.
Dalam pandangan filsafat Jawa, Tresna atau jatuh cinta dalam pandangan pertama tidak mungkin.
Cinta akan tumbuh setelah dua insan saling memahami lawan jenisnya.
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Wot Ogal-agil
Jembatan yang bergoyang-goyang
Suatu ujian kehidupan yang sulit dilalui dan berbahaya, jika sekali salah meleset akan masuk ke api neraka.
Sebuah perlambang ujian terberat dalam hidup manusia.
Kadang kala, seseorang harus melewati lelakon hidup yang sangat sulit. Ibaratnya, meniti jembatan sebesar rambut dibelah tujuh.
Sedetik saja lengah. akan terpeleset dan terjatuh dalam bahaya yang besar
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Suatu ujian kehidupan yang sulit dilalui dan berbahaya, jika sekali salah meleset akan masuk ke api neraka.
Sebuah perlambang ujian terberat dalam hidup manusia.
Kadang kala, seseorang harus melewati lelakon hidup yang sangat sulit. Ibaratnya, meniti jembatan sebesar rambut dibelah tujuh.
Sedetik saja lengah. akan terpeleset dan terjatuh dalam bahaya yang besar
Sumber. Filsafat Jawa, Ajaran Luhur Warisan Leluhur.
Gelombang Pasang. 2006
Langganan:
Postingan (Atom)